Langsung ke konten utama

the most critical 2 hours that i ever felt..

hari rabu, tepatnya tanggal 6 oktober 2010 merupakan hari biasa bagi saya untuk ke kampus layaknya mahasiswa lainnya..sebagai mahasiswa semester 9, saya tidak mempunyai jadwal kelas dikarenakan telah menyelesaikan semua mata kuliah yang ada di fakultas sehingga hampir kegiatan di kampus dihabiskan  dengan penelitian dan mencari literatur penelitian akhir di perpustakaan.Rabu kemarin merupakan jadwal saya untuk membicarakan kelanjutan penelitian saya serta mempersiapkan kembali alat-alat dan laboratorium yang akan saya gunakan untuk melakukan penelitian. Nah, sehubungan jadwal pagi ada 2 teman yang sedang melaksanakan seminar hasil penelitiannya, saya menyempatkkan datang lebih pagi ke kampus untuk menghadiri seminar penelitian tersebut.

Seperti biasa, saya berangkat pukul 8 lebih sedikit dari kostan supaya bisa datang lebih awal di seminar teman yang rencananya akan dimulai pukul 9 pagi. Dengan menggunakan ojek (moda transportasi mahasiswa paling diandalkan ketika terlambat.. he2..), tepat pukul 8.45 saya telah tiba di kampus FKH. Nah... turun dari ojek, ada 2 orang bapak-bapak sedang berdiri di depan tempat parkir dengan kandand hewan yang berisi kucing anggora berwarna hitam namun mengalami prolapsus pada anusnya. Sebagai mahasiswa calon dokter hewan yang baik (ciee..suit..suit..), saya menyakan ke bapak-bapak tersebut "Bapak, hewannya sakit prolaps (*jujur aja mungkin bapaknya juga bingung apa itu prolaps.. wwkwk)? wah.. harus dioperasi itu pak? mau di bawa ke RSH kucingnya?" tanya saya, lalu Bapak tersebut (*ciri rambut gundul, kurus, pake kaos putih, dan celana jins pendek selutut) menjawab "Gini dek, kucing ini sebenernya punya tetangga, dia disiksa ama majikannya dan suka ditendang gara-gara buang air besar sembarangan.. Nah, saya kasihan.. kira-kira adik bisa operasi g' dik?"saya menjawab "aduh bapak, kalo kasus ini harusnya dokter hewan atau mahasiswa koas di RSH? cuma sekarang mahasiswa koasnya lagi kosong? jadi kalo mau dibawa ke RSH pasti ada biayanya?"Bapak tersebut menjawab "Kira-kira biayanya berapa dik?""kira-kira bisa nyampe 800ribuan pak.." jawab saya dan ditengah-tengah kebingungan tiba-tiba datang teman saya yang lain yaitu kokol, tika, dan fera..awalnya kokol memberikan ide untuk dibawa ke lab bedah, namun setelah dia mondar-mandir di lab bedah ternyata tidak ada seorangpun di lab bedah. Nah, di tengah-tengah kebingungan tadi (lama banget mikirnya.. secara kalo harus bayar 800rb, lumayan juga..)..eh si bapak tersebut bilang "waduh, kucing ini terserah dik mau diapain aja.. soalnya kalo tetep saya pelihara juga bakalan mati karena saya juga gak punya makanan buat kucing jadi terserah adik aja lah.. ntar adik pelihara atau dikasih ke orang lain juga g apa-apa" nah disaat seperti itu akhirnya kami berempat (saya, tika, kokol,dan fera) memutuskan untuk tetap membawa kucing tersebut ke lab bedah (*nekat sih, kalaupun mau dibawa ke RSH, fera sempet2 nya bilang buat patungan bayar operasi.. wew..!! dan pastinya buta bawa kucing ke RSH bukan pilihan terbaik buat kita kareana dijamin "cukup" menguras dana.

Nah, kita sempat berdiskusi sebentar nantinya kucing itu mau ditangani seperti apa? nah, akhirnya kita berupaya untuk memberikan penanganan pertama membersihkan prolaps dengan NaCl fisiologis untuk tindakan berikutnya, melihat perkembangan dulu.. akhirnya kita membawa kucing ke lab bedah.Di tengah-tengah perjalanan ke lab bedah, kami melihat drh. Dudung sedang duduk di ruangan menunggu drh. Gunanti untk persiapan sebagai penilai seminar teman kami. Kami mrncoba untuk memberanikan diri menemui beliau dan mengatakan kejadian yang menimpa kucing malang tersebut. Kebetulan ternyata beliau sedang menguji beberapa mahasiswa Koas untuk kasus bedah, akhirnya beliau memberikan daftar mahasiswa Koas yang melakukan ujian bedah, dan meminta kami untuk menghubungi mahasiswa tersebut. Kebetulan daftar teratas yaitu k' dina dan k' satrio sehingga kami menghubungi kedua mahasiswa tersebut. Setelah menghubungi mahasiswa tersebut, ternyata mereka langsung mengiyakan untuk melakukan ujian bedah (*kalo Koas diharuskan stand by dan siap kapanpun dengan panggilan mendadak ketika ada kasus termasuk panggilan mendadak untuk ujian.. hi.. ujian dadakan!!..)

Konfirmasi ke drh. dudung dan beliau mengatakan kalo kucing tersebut akan dijadikan kasus bedah untuk mahasiswa bedah.. wuih,, betapa leganya kita, akhirnya kucing prolaps tersebut bisa mendapatkan tindakan operasi..dan kita semua dengan tenang menghadiri seminar temen kita terlebih dahulu.


siang hari...(jam makan siang)

saya dihubungi oleh k' dina dan bertanya tentang anamnesa kucing prolaps tersebut.. (*bagi yang tidak tahu anamesa, anamnesa merupakan riwayat gejala yang timbul yang diketahui oleh klien atau pemilik hewan). Untuk kasus ini, berhubung saya mendapatkan anamnesa dari bapak tadi, akhirnya saya menceritakan kembali versi bapak tentunya ditambah kalo kucing tersebut statusnya di"BUANG" oleh pemiliknya.. wew..

sore hari... sms dari k'dina "dek, kucingnya udah selesai di operasi, sekarang di lab bedah"..hah.. kaget juga saya, karena sebelumnya k' dina dan k' ulil janji untuk mengajak saya melakukan operasi reposisi prolaps.. ternyata kucing tersebut telah dioperasi..ya sudalah..!!akhirnya saya datang ke lab bedah dan treng teng teng.. kucing tersebut telah telah berhasil di operasi dan masih dalam pengaruh anatestikum..setelah membuat kesepakatan, akhirnya kucing tersebut saya bawa untuk dirawat. sebelumnya saya diberitahu untuk memberikan infus, antibiotik amoksisilin, dan multivitamin.Nah, seore hari kebetulan hujan deras sehingga saya tidak dapat langsung pulang ke kostan. sambil menunggu hujan sedikit reda, saya menyempatkan untuk shalat ashar terlebih dahulu. setelah shalat, saya turun ke lanti bawah dan ternyata masih hujan gerimis.

akhirnya setelah hujan agak reda dan saya memutuskan untuk pulang menggunakan ojek, ternyata ada bus kampus (*salut buat IPB, baru kali ini ada bis kampus sampai sore hari.. he2.. sangat membantu!!). Pulang menggunakan bus ke kostan, tentunya KUCING tersebut menjadi perhatian bagi anak2 dari fakultas lainnya, bahkan ada 2 dosen FAPET yang menumpang bus bertanya "waduh, kucingnya abis di operasi apa tuh?" tapi sayangnya yang jadi perhatian bukan saya, tapi malahan kucing tersebut.. hikss..!!

sampai di fakultas pertanian, keadaan kucing sudah cukup melemah, berhubung kondisi hujan masih gerimis, saya memutuskan menggunakan angkot ke kostan.. dan di angkot tetep si kucing menjadi perhatian.. turun dari angkot (kira2 pukul 5 sore), kok kucingnya terlihat lemas sekali.. "waduh gawat!!" gumam saya.. apalagi dengan kondisi tidak ada payung, terpaksa saya berlari ke gang melewati gang kecil sambil membawa kucing tersebut..


Pukul 17.10 : saya sampai di kostan, langsung kucing tersebut saya pindahkan ke kandang biru, ternyata kucing tersebuut bergerak sedikit.. (karena sempitnya kandang, saya memindahkan kucing tersebut di kursi yang sebelumnya diberi alas korang dan handuk berlapis). nah, saat dipindahakan saya melihat darah disekitar pangkal ekor dan anusnya, tindakan yang saya lakukan berikutnya yaitu membersihkan darah tersebut dengan menggunakan rivanol 0,1%. Lalu memberikan antibiotik per-oral, dan terakhir diberikan infus.. sayangnya cairan infus yang saya punya adalah dextrosa 5%, seharusbya diperlukan infus IV sedangkan needle yang ada mempunyai ukuran besar sehingga hanya dapat digunakan untuk infus SC. namun sayangnya dengan berbagai upaya, susah untuk menggunakan infus tersebut.


pukul 17.20 :keadaan kucing semakin lemah, saya menghitung suhu tubuhnya, GAWAT..!! ternyata suhu tubuhbnya mencapai 33 C, jujur aja selama pasca operasi, saya tidak pernah dihadapkan dengan kondisi hipotermi hingga suhu mencapai 33 C, lalu saya mencoba untuk menambahkan selimut pada kucing dan memberikan kompresan air hangat yang diletakan di plastik glove dengan harapan dapat meningkatkan suhu tubuh, monitor denyut jantung dan frekuensi nafas sangat lemah, namun saya tetap mengupayakan kompres air hangat..


pukul 17.45 : kompres saya ganti dikarenakan kompres sebelumnya , telah dingin, kondisi kucing semakin melemah, akhirnya saya memindahakan kucing terebut di kamar (harapan kondisinya lebih hangat dan memberikan infus dextrosa secara SC (kasus darurat daripada kucing malah tidak tertolong) dan multivitamin syrup (dengan harapan adanya energy dari glukosa syrup). suhu semakin dingin mencapai 32 C dan denyut jantung lemah dan frekuensi nafas teraba melalui abdomen kucing..

pukul 17. 50 : dengan panik, saya tetap menggunakan stetoskop untuk memonitor frekuensi jantung namun hasilnya tetap nihil.. 2 orang temen FKH saya minta untuk mengecek kondisi jantung.. ternyata mereka bilang tidak ada denyut jantung, saya mencoba melihat refleks mata, ternyata tidak ada refleks terhadap cahaya, dan suhu tubuh mencapai 32 derajat, waduh,, jangan-jangan kucing ini sudah mati..


pukul 18.10 : saya dan teman saya yang mencoba melihat kondisi fisiologis kucing akhirnya menyerah, dan memutuskan kalo kucing tersebut telah "MATI". Apa yang terjadi pada saya ? pastinya kaget dan shock.. karena sebelumnya saya melihat kondisi kucing yang tampak baik2 saja pasca-operasi. Bahkan suhu kucing mencapai 37 derajat yang tentunya hal normal terjadi pada kucing dalam pengaruh anastetikum. hmm.. jujur aja, hal tersebut pertama kalinya saya mengalami kondisi kucing yang mati pasca operasi. selama praktikum bedah hewan, operasi 6 kali yang saya lakukan bersama teman-teman tidak pernah mendapatkan kasus hingga terjadi kematian pasca-bedah pada hewan yang kita bedah. Kondisi kucing tersebut benar-benar mengalami penurunan kondisi tubuh yang drastis..


pukul 18.30 :saya dan adi mencoba melakukan analisis apa penyebab kematian kucing? berdasarkan buku yang kami baca, kasus prolaps umumnya memiliki prognosa fausta (fausta = dapat disembuhkan). k dina dan k ulil melakukan pengecekan terhadap kucing tersebut, dan setelah menganalisa anamnesa, pemeriksaan fisik, tindakan pasca-bedah, dan kondisi pasca-bedah, akhirnya kami teringat dengan informasi dari bapak yang awalnya mengatakan "kucingnya diSIKSA oleh majikannya, belum dikasih makan, dan kondisi prolaps dari 3 hari kemarin"..mungkin saja kucing yang dibuang tersebut memnag mengalami penyiksaan, trauma parah dapat juga menyebabkan prolaps, dan siksaan dari majikan dapat juga menyebabkan kerusakan pada saluran pencernaannya, sehingga setelah operasi, kondisi kucing tersebut langsung turun drastis".. seharusnya dilakukan nekropsi terhadap kucing tersebut untuk mengetahui lebih lanjut.


pukul 18.50 : tindakan selanjutnya yaitu, kami mencoba menghubungi koas grup patologi, dan alhamdulillah k' mis mau menggunakan cadaver kucing tersebut dibawa ke freezer room untuk dilakukan nekropsi. saya dan galuh berangkat ke kampus FKH untuk memberikan cadaver kucing tersebut ke k' mis. Leganya...!! mungkin jika nekropsi dilakukan hari ini (saat saya menulis ini..), kami dapat mengetahui lebih lanjut penyebab kematian kucing tersebut.. namun berhubung belum dilakukan nekropsi, kami belum tahu dengan pasti penyebab kematianya..


pengalaman hari itu banyak memberikan banyak pelajaran berharga bagi saya dan beberapa point yang dapat saya ambil :

1. biaya tampaknya menjadi masalah bagi para pemilik hewan peliharaan untuk memberikan fasilitas kesehatan bagi hewan piaraannya, terbukti dari "ketidak-beranian" bapak tersebut untuk membawa hewan tersebut ke RSH. Apa yang dapat kita lakukan? sistem kesehatan hewan di negara kita tampaknya memang belum begitu menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat umum. Pastinya kita harus berusaha lebih keras untuk mengubah ini. kawan, KITA HARUS BANGUN DAN SIAP MEMBUAT PERUBAHAN ITU??..

2. i have GREAT LECTUREs, GREAT FRIENDs, and GREAT SENIORs yang benar2 merespon cepat , absolutly we're GREAT FAMILY.. bangga dan senang dapat menjadi bagian dari FKH IPB....

3. saya harus terus belajar dan belajar, terutama dalam klinik ... uhw.. i'm nothing at all..gosh..!!

4. betapa kecilnya manusia terhadap kehidupan ini, bayangkan hanya dalam beberapa jam, saya yang tadinya melihat kucing dengan kondisi tampak baik2 saja, tiba-tiba hanya dalam hitungan 2 jam, kondisi nya menurun drastis..

kejadian hari itu benar-benar menjadi 2 jam paling kritis yang pernah saya alami (alay mode on)... jauh di pikiran saya, apalagi kalo udah jadi Koas,menjadi dokter hewan, dan terjun sesungguhnya di masyarakat??...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

At Glance of 2014

hmm,, if i could say what happen during my year on 2014, i would say it the hardest thing i've ever experienced especially when i made deciion to came back at university life to get my DVM course. It much challenge me while i could not event did part time job because formally during DVM course have "unoficially" contract which made me had to be ready 24 hours of shift and lab rotation started activity inside campus then countinued outside campus (koas daerah). The others challenge was after 2 years never had any classes about veterinary class, made me had to learn again and refresh all the subject i've passed before, especially about basic veterinary clinical theory. wefie at cable car TMII all intern with famous lovely German sheperd "Lola" wefie with all intern and staff selfie inside close house breeder farm I was back at my university life, sure made me had to introduce my self with my junior and most of them i event met

Small Practitioner Veterinarian

Dear reader, I am sorry being silence for most 2.5 years. actually lot of experience after long journey during 2 years 8 months. After graduated from University, i applied to few institution start farm, sophisticated office in Jakarta, and animal clinic. First was swine industry which after short interview via phone, they accepted me and just wait until I ready went to farm. Second was Australian cattle industry which i passed for 1st session interview via skype, then 2nd round for make small presentation regarding cattle industry. Interview session was fine which i had presentation session using English then continued with QA session. Unfortunately i didn't pass. Little bit felt disappointed,  i try to apply another job such animal memdicine company and small animal. Looked at lot of vacant job position, .finally i applied both Medicine company and Sunset Vet Clinic Bali (SVB). SVB responded my email quickly then we had lot of communication. Waited for office in Jakarta,

At glance at 2013

almo st year of 2013-2014 i never wrote anything in my blog.. la st 2 year, i felt grateful with my life, got up and down moment but finally i could face it until now. started from 2013 when i got a chance to vi sit Bali again for work, then get a holiday to feel a Ve sak day in Borobudur (at the end i feel guilty that i  should not think a holy ceremony a s an attraction, ju st let people did their religiou s activity in peace without any di sturbance from a touri st), then re signed from my job to go back at univer sity for fini sh my DVM (doctor veterinary medicine) degree.  come back to univer sity i s al so challenge for my  self when i had to back with my book, learnt again, bunch of exam, di scu s sion. and a  sure travel more.. a year of 2013 ended with trip to Lampung to attended my be st friend' s weeding with  snorkeling trip at Pahawang i sland. Trip to pahawang